Kemampuan dan ketrampilan dalam membuat
keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang sangat
penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan
klien, sedangkan bidan membantu klien supaya keputusan yang diambil
merupakan suatu keputusan yang tepat.
4 strategi yang dapat membantu klien dalam pengambilan keputusan
- Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya. Beri kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
- Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan. Melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekwensi negatif.
- Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihannya, bantu klien untuk mencermati pilihannya.
- Membantu klien menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan masalahnya.
Pengambilan keputusan menggunakan 3 K yaitu mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya.
- identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien
- susunlah daftar kehendak / pilihn keputusan
- untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya baik yang positif maupun yang negatif.
Hal - hal yang perlu ditekankan dalam pengambilan keputusanHati - hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan.
- Pengambilan keputusan ini dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya untuk menimbang klien sesuai dengan situasinya, diberi informed choise.
- Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan riwayat kesehatan, keinginan dan situasi.
- Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggungjawab klien.
- Konseling bukan proses informasi melainkan informasi setelah konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien, dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.
Faktor - faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
- Fisik
Orang
akan mengambil keputusan didasarkan pada pertimbangan fisik. Biasanya
memilih hal – hal yang tidak berat dan memforsir tubuh serta tenaga. Ini
tentunya didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperti rasa
sakit, tidak nyaman atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari
tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang sebaliknya memilih
tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
- Emosional
Pengambilan
keputusan hanya didasarkan pada pengambilan keputusan atau perasaan,
biasanya hal ini terjadi pada kaum perempuan. Sikap subyektifitas akan
mempengaruhi sikap yang diambil, sehingga orang akan bereaksi pada suatu
situasi secara subyektif
- Rasional
Pengambilan keputusan secara
rasional biasanya didasarkan pada pengetahuan dan dilakukan oleh orang –
orang terpelajar dan intelektual.
- Praktikal
Didasarkan pada
ketrampilan individual dan kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan
menilai potensi diri dan kepercayaan diri melalui kemampuannya dalam
bertindak.
- Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan
sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang lainnya dapat
mempengaruhi tindakan individual.
- Struktural
Didasarkan pada
lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberi hasil
yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Jenis - jenis pengambilan keputusan, saraswati, tarigan, 2002
- Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa – apa. Membiarkan kejadian berlalu, tanpa berbuat apa – apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak sangup.
- Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera. Terasa sebagai keputusan yang paling tepat dan langsung diputuskan.
- Pengambilan keputusan terpaksa, karena sudah krisis. Sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
- Pengambilan keputusan reaktif. Seringkali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa – gesa.
- Pengambilan keputusan yang ditangguhkan. Dialihkan pada orang lain, membiarkan orang lain yang bertanggungjawab.
- Pengambilan keputusan secara hati - hati. Difikirkan secara baik – baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
Pemberian informasi dikatakan efektif apabila :
Informasi yang diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam membuat keputusan. Informasi disesuaikan dengan situasi klien dan mudah dimengerti. Memperhatikan hal - hal :
1. singkat dan tepat (pilih hal – hal penting yang perlu diingat klien)
2. menggunakan bahasa sederhana
3. gunakan alat bantu visual saat menjelaskan
4. beri kesempatan klien untuk bertanya dan minta klien untuk mengingat hal - hal penting.
Saat - saat sulit dalam KIP/K
- Diam
- Klien menangis
- Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
- Konselor melakukan kesalahan
- Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
- Klien menolak bantuan konselor
- Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
- Waktu yang diiliki konselor terbatas.
- Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
- Konselor dan klien sudah saling kenal
- Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topik pembicaraan.
- Klien bertanya tentang hal - hal pribadi konselor
- Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
- Keadaan kritis.
Upaya mengatasi saat - saat sulit dalam KIP/K
1. Diam
Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini terjadi pada klien yang merasa cemas atau marah.
o
Apabila terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat, sebaiknya
konselor memperhatikan hal ini dengan mengatakan : misalnya “saya
mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan”, biasanya pada awal – awal
pertemuan klien –klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?
o
Apabila klien diam karena marah, sebagai konselor anda dapat berkata :
bagaimana perasaan ibu setelah berada disini sekarang?. Pertanyaan –
pertanyaan ini harus diikuti dengan suasana hening selama beberapa saat,
pada saat ini konselor memandang klien dan memperlihatkan sikap tubuh
yang menunjukkan perhatian.
o Apabila terjadi pada pertengahan
pertemuan, konselor harus memperhatikan pada konteks pembicaraan dan
menilai mengapa hal ini terjadi. Mungkin hal tersebut terjadi karena
klien merasa berat menceriterakan hal – hal yang pribadi atau suatu
rahasia tentang dirinya atau ia tidak senang dengan sikap konselor. Pada
umumnya lebih baik menunggu beberapa saat, memberikan kesempatan pada
klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun konselor
merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.
o Apabila klien diam
karena sedang berfikir. Konselor tidak perlu berusaha memecahkan
kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak menerima
2. Klien menangis
Klien
yang menangis tersedu – sedu membuat konselor merasa tidak nyaman.
Reaksi wajar yang dapat kita lakukan adalah berusaha menenangkan, tetapi
hal ini tidak selalu menguntungkan dalam konseling. Menangis bisa
disebabkan karena beberapa alasan. Ada kemungkinan untuk melepaskan
emosi. Dalam hal ini yang dapat dilakukan konselor adalah menunggu
beberapa saat dan apabila terus menangis katakan bahwa tidak apa – apa
kalau masih ingin menangis. Biasanya tangisan mereda sendiri setelah
beberapa lama. Kadang – kadang menangis dilakukan untuk menarik
perhatian atau untuk menghentikan pertanyaan – pertanyaan yang
menyelidik lebih lanjut. Tangisan juga merupakan cara klien untuk
memanipulasi konselor. Perlu ditegaskan lagi bahwa cara terbaik adalah
dengan memberi kesempatan klien untuk menangis.
3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
Kondisi
ini biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tau harus berbuat apa.
Perlu diingat bahwa fokus utama konseling adalah pada subyek atau
orangnya, bukan pada masalahnya. Meskipun masalah yang dihadapi sangat
sulit, seperti misalnya seorang remaja putri ingin melakukan aborsi,
sementara konselor tidak mungkin memenuhi permintaan tersebut atau
misalkan seorang ibu yang kehilangan bayi yang baru dilahirkannya. Dalam
hal ini tidak berarti bahwa konselor tidak dapat menolong klien. Salah
satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak ingin
dibantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan mengatakan
pada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaaan tetapi
konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien, membantu klien saat –
saat sulit. Semakin mengenal klien secara baik maka akan sangat
membantu, karena pada klien dapat timbul perubahan pandangan atau
pemikiran baru sehingga klien lebih siap dalam menghadapi masalahnya.
Semakin lama klien mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya maka
semakin memungkinkan baginya untuk memehami mengapa keadaan itu terjadi
pada dirinya dan semakin menguatkan dirinya dalam menghadapi kesulitan.
4.Konselor melakukan kesalahan
Dalam
banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor mungkin
salah mengartikan maksud kata – kata klien, konselor mungkin tidak
konsentrasi sehingga bertanya berkali – kali pada klien tentang suatu
hal, konselor mungkin memberikan informasi yang salah, konselor mungkin
merasa malu atau marah karena ucapan klien. Hal utama yang terpenting
untuk menciptakan hubungan yang baik dengan klien adalah bersikap jujur.
Menghargai klien adalah salah satu hal yang penting dalam konseling.
Menghargai dan mempercayai klien dapat ditunjukkan dengan cara mengakui
bahwa konselor telah melakukan kesalahan. Minta maaflah apabila salah
atau keliru. Misalnya konselor dapat mengatakan : maaf saya lupa bahwa
tadi ibu sudah mengatakan kalau ibu sudah memiliki tiga orang anak.
Seandainya konselor tersinggung atau marah karena kata – kata klien,
konselor perlu menyadari dan dapat mengatakan penyesalan. Perlu
diketahui bahwa apapun reaksi emosi konselor, akan dirasakan klien.
Semakin terbuka perasaan kita selama pertemuan dengan klien maka semakin
terbuka pula perasaan klien.
5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Hal
ini merupakan merupakan kecemasan yang biasa diutarakan oleh konselor.
Seperti situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor
tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari
informasi tersebut untuk klien. Konselor dapat menunjukkan sumber lain
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengelak pertanyaan atau menjawab
tanpa dasar pengetahuan akan lebih berpengaruh negatif dalam hubungan
dengan klien yang sudah terbina dengan baik, lebih baik mengakui
keterbatasan pengetahuan konselor.
6. Klien menolak bantuan konselor
Pada
pertemuan pertama penting sekali menjajagi mengapa dan apa yang
mendasari atau mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak klien
yang merasa terpaksa datang, mungkin karena diperintah oleh mertua,
mungkin karena takut mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya,
dsb. Membuka pembicaraan dengan menanyakan mengapa mereka datang ke
klinik akan sangat membantu . Selanjutnya, kita dapat mengatakan : ”Saya
dapat mengerti perasaan ibu, saya senang ibu datang hari ini untuk
mendiskusikan tentang kondisi kesehatan ibu, kita punya waktu untuk
membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan ibu”. Kalau klien sama sekali
tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif, paling tidak ia
sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin ia mau
mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
Kesulitan
ini diucapkan klien dengan mengatakan :”Saya canggung membicarakan hal
itu dengan wanita.” Saya berharap berhadapan dengan laki-laki.”
Kemungkinan hal itu tidak disampaikan secara verbal, tetapi konselor
dapat melihat dari sikap klien. Dalam situasi seperti ini, sebaiknya
konselor mengemukakan hal ini dengan mengatakan : ”Barangkali Bapak
mengharapkan akan berhadapan dengan konselor pria?”. Selanjutnya katakan
:”Orang kadang-kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan
seseorang yang sama (atau berlawanan) jenis kelaminnya, menurut
pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita
sudah semakin mengenal teman bicara kita. Bagaimana kalau kita coba
lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.!” Biasanya klien menerima, dan
masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh
perhatian, menghargai klien dan tidak menilai terhadap klien. Pengunaan
kata-kata menunjukkan perhatian positif dan refleksi akan sangat
membantu karena klien merasa diterima apapun kata-kata yang
diucapkannya. Apabila klien menyampaikan sebelumnya bahwa dirinya
menghargai konselor yang sama (atau berbeda) jenis kelaminnya, hal itu
bisa dipenuhi apabila memungkinkan. Tetapi pada kenyataannya berhadapan
dengan seseorang dengan jenis kelamin berbeda dan menjadi masalah bagi
klien, merupakan latihan yang baik bagi klien. Karena itu sebelumnya
konselor harus dapat melihat apakah klien betul-betul mau mencoba.
8. Waktu yang diiliki konselor terbatas.
Sebaiknya
sejak awal pertemuan klien mengetahui berapa lama waktu konselor yang
tersedia untuk dia. Ada saat di mana konselor tidak memiliki waktu
sebanyak biasanya. Karena itu konselor sebaiknya memberikan informasi
tersebut beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan
sebab keterbatasan waktunya dan menunjukkan bahwa konselor mengharapkan
bertemu klien pada pertemuan selanjutnya. Meskipun waktunya sebentar ,
dapat diperoleh suatu hasil pembicaraan seperti halnya demonstrasi
bermain peran peserta. Lebih baik memanfaatkan sedikit waktu yang ada
daripada meminta klien pergi.
9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
Kadang-kadang
”rapport” yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan berarti
konseling harus diakhiri atau mengirimkan klien kepada konselor lain.
Akan lebih baik konselor minta pendapat kepada teman sesama petugas di
kliniknya untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak
kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa
ditolak klien. Segala kemungkinannya perlu dijajagi. Salah satu aspek
penting dari pelatihan adalah bahwa konselor belajar mengatasi situasi
yang tidak nyaman bagi dirinya sebelum konseling yang sesungguhnya
dilakukan. Mengirim atau meminta klien pergi tidak akan membantu, tetapi
mungkin berpengaruh buruk pada klien. Lebih baik mencoba melanjutkan
konseling, terutama dengan membuat klien merasa llebih nyaman tentang
dirinya sendiri.
10. Konselor dan klien sudah saling kenal
Pada
kelompok masyarakat kecil biasanya antara konselor dan klien sudah
saling kenal. Kalau hubungan ini biasa-biasa saja(tidak terlalu akrab),
konselor dapat melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu ditekankan
bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, dan konselor akan bersikap sedikit
berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai temannya.
Apabila hubungan konselor dan klien sudah sangat akrab, perlu
disampaikan pada klien bahwa lebih baik pindah ke konselor lain yang
melayani konseling berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini dapat
sangat mempengaruhi jalannya konseling.
11. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topik pembicaraan.
Situasi
ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi
sama-sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor.
Apabila klien terus-menerus mengulang pembicaraan , setelah beberapa
saat perlu dipotong pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan
saya, bu, apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan
ibu menyatakan sesuatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada
kesulitan yang disampaikan ?” Pertanyaan seperti ini membantu klien
memfokuskan kembali percakapan.
12. Klien bertanya tentang hal - hal pribadi konselor
Hubungan
konselor-klien adalah hubungan profesional, bukan hubungan sosial. Hal
ini penting karena dengan demikian konselor bersikap berbeda dengan
sikap orang lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit dimengerti
klien pada awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan hangat.
Resiko dari hubungan seperti ini adalah konselor mendapat
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi dari klien yang harus
dijawab. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan karena beberapa alasan. Hal
ini akan mengalihkan perhatian konselor dari klien. Hal ini akan
mengarah pada serangkaian pertanyaan yang pada awalnya bersifat ringan
saja, lama kelamaan pertanyaan akan menjurus kepada masalah-masalah
pribadi yang tidak ingin dijawab konselor. Hal ini akan menimbulkan
salah pengertian pada klien, seakan ada hal yang salah pada konselor
atau pada klien karena perhatian pada masalah tersebut. Kadang-kadang
klien ingin tahu apakah konselor pernah mengalami hal yang sama. Jawaban
”YA” akan membuat klien tidak yakin konselor dapat menolong. Sementara
kalau dijawab ”TIDAK” klien akan merasa konselor tidak tahu masalahnya.
Akan lebih baik apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi konselor yang
menyatakan bahwa kalau konselor bercerita tentang dirinya tidak akan
membantu klien , oleh karena itu lebih baik tidak bercerita. Klien akan
menerima aturan ini. Hal ini akan lebih baik daripada menjawab sebagian
saja dari pertanyaan klien, bukan semuanya, atau lebih-lebih mengelak
karena akan merusak kepercayaannya/keterbukaan klien terhadap konselor.
13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
14. Keadaan kritis.
0 komentar:
Posting Komentar