Senin, 23 April 2012

Perubahan Sistem Perkemihan dan Pencernaan Pada Ibu Hamil


PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN PADA IBU HAMIL

A.TRIMESTER I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan, sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus(glomerular filtrasion rate) dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan. Sejak minggu ke 10 gestasi, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada wanita yang tidak hamil. Ureter berdilatasi, perubahan fungsi ginjal selama kehamilan mungkin dipengaruhi oleh hormon maternal dan plasenta termasuk  Adenocortikotrofik Hormonal (ACTH), ADH (Anti Deuretik Hormon, Aldostro ,Aldosteron, Kortisol,HCS(Human ChorionicSomatotropin)) dan hormon Tiroid. Filtrasi glomerulus meningkat sekitar 50% selama kehamilan peningkatannya dari awal kehamilan relatif yang tinggi sampai aterm dan akan kembali normal pada 20 minggu postpartum.Glukosuria pada kehamilan tidak selamanya abnormal, hal ini mungkin berhubungan dengan peningkatan kortikosteroid. Bila sering terjadi harus diwaspadai terjadi diabetes mellitus. Peningkatan glukosa ini juga mempermudah terjadinya infeksi pada saluran perkemihan. Protein urine secara normal diekskresikan 200-300 mg/hari, bila melebihi 300 mg/hari maka harus diwaspadai terjadinya komplikasi.

B.TRIMESTER II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena ureter mulai keluar dari uterus. Pada trimeser kedua, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.

C.TRIMESTER III
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine


PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN PADA IBU HAMIL
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien,serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan mineral meningkat. Nafsu makan ibu meningkat sehingga intake makanan juga meningkat. Beberapa wanita hamil mengalami penurunan nafsu makan atau mengalami mual dan muntah. Gejala tersebut mungkin berhubungan dengan peningkatan hormone Human Chorionic Gonadotrophin (HCG).
Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi saat hamil :
A.    Kavitas Mulut (Oral Cavity)
Salivasi meningkat akibat gangguan menelan yang berhubungan dengan mual yang terjadi terutama pada awal kehamilan. Pengeroposan gigi selama kehamilan bukan terjadi akibat kurangnya kalsium dalam gigi namun pengeroposan gigi mungkin terjadi akibat penurunan pH mulut selama kehamilan. Dentalcalciumis bersifat stabil dan tidak berkurang selama kehamilan seperti halnya kalsium tulang. Hipertrophi dan gusi yang rapuh dapat terjadi akibat peningkatan hormon estrogen. Defisiensi vitamin C juga dapat mengakibatkan gusi bengkak dan mudah berdarah. Keadaan gusi dapat kembali normal pada awal masa puerpurium.

B.     Motilitas Gastrointestinal
Selama kehamilan motilitas gastrointestinal mengalami penurunan akibat peningkatan hormon progesteron yang dapat menurunkan produksi motilin yaitu suatu peptida yang dapat menstimulasi pergerakan otot usus. Waktu transit makanan yang melewati gastrointestinal melambat/lebih lama dibanding pada wanita yang tidak hamil. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penyerapan air dan sodium diusus besar yang mengakibatkan konstipasi.

C.     Lambung dan Esofagus
Produksi lambung yaitu asam hidroklorik meningkat terutama pada trimester pertama kehamilan. Pada umumnya keasaman lambung menurun. Produksi hormon gastrin meningkat secara signifikan mengakibatkan peningkatan volume lambung dan penurunan pH lambung. Produksi gastrik berupa mukus dapat mengalami peningkatan. Peristaltik esofagus menurun, menyebabkan refluks gastrik akibat dari lamanya waktu pengosongan lambung dan dilatasi atau relaksasi cardiac sphincter. Gastric reflux lebih banyak terjadi pada kehamilan lanjut karena elevasi lambung akibat pembesaran uterus. Disamping menyebabkan heartburn,  perubahan posisi berbaring seperti posisi litotomi, penggunaan anestesi berbahaya karena dapat meningkatkan regurgitasi dan aspirasi.

D.    Usus besar, usus kecil dan Appendik
Usus besar dan kecil bergeser keatas dan lateral, apendik bergeser secara superior Lateral pada ruang panggul. Posisi organ-organ tersebut kembali ke normal pada awal puerpurium. Pada umumnya motilitas mengalami penurunan seperti halnya tonus gastrointestinal yang mengalami penurunan.

E.     Kandung Empedu
Fungsi kandung empedu mengalami perubahan selama kehamilan karena hipotonia pada otot dinding kandung empedu. Waktu pengosongan lebih lambat dan inkomplit. Empedu mengalami penebalan dan empedu yang stasis menyebabkan formasi batu empedu.

F.      Liver
Tidak terjadi perubahan morfologi pada hati selama kehamilan normal, namun fungsi hati mengalami penurunan. Aktifitas serum alkalin fosfatase mengalami gangguan yang mungkin disebabkan karena peningkatan isoenzim alkalin fosfatase plasenta. Penurunan rasio albumin/globulin terjadi selama kehamilan merupakan suatu keadaan yang normal.

G.    Kelainan-kelainan system pencernaan saat hamil

1.      Hiperemesis Gravidarum
Adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah yang kadang-kadang hebat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisistis, pyelititis dsb. Hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:


·         Tingkat I
Muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu dan yang terakhir keluar darah.
·         Tingkat II
Gejala lebih berat segala yang dimakan dan di minum dimuntahkan, disertai haus hebat.
·         Tingkat III
Kondisi tingkat III jarang terjadi, yang mulai terjadi gangguan kesadaran, muntah berkurang atau berhenti tetapi dapat terjadi Ikterus, Sianosis, gangguan jantung, bilirubin dan protein urea.

2.      Ulkus Peptikum
Adalah suatu keadaan adanya borok pada esophagus, lambung atau duodenum. Keadaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan sekresi asam lambung dan pepsin dan di jumpai adanya bakteri Helikobakter pilori
.
3.      inflammantory Bowel Disease
Menggambarkan penyakit Crohn dan colitis ulcerative. Penyakit crohnadalah suatu penyakit kronik yang melibatkan usus besar. Kolitis ulserativa juga penyakit kronik yang melibatkan kolon dan rectum
Gejala klinik penyakit crohn adalah nyeri abdominal, diare, dan mungkin terdapat anemia dan penurunan BB, melena, fistula, atau sepsis perianal. Sementara itu, gejala klinik kolitis ulserativa sering dijumpai diare dan aliran mucus dan darah pada rectum.
4.      Kolestasis Obstetrik 
Adalah berkurangnya atau terhentinya aliran empedu. Air kemih menjadi berwarna gelap akibat dari bilirubin yang berlebih di dalam kulit dan air kemih. Tinja tampak pucat karena kurangnya billirubin dalam usus. Tinja juga bisa mengandung terlalu banyak lemak karena dalam usus tidak terdapat empedu untuk membantu mencerna lemak dalam makanan.

5.      Acute Fatty Liver(AFL)
Merupakan kelainan pada kehamilan yang sangat jarang, tapi sangat berbahaya. Gejala klinik dan tandanya tidak spesifik. Secara definisi, AFL adalah kegagalan hati akut dengan pengurangan kapasitas metabolic hati. Gejala awal berupa mual, muntah, nyeri epigastrik, dan malaise. Gejala lain yang lebih berat adalah pruritus, sakit kepala, demam, preeklamsia, penurunan sampai koma.

6.      Apendisitis Acute
Adalah suatu penyakit radang usus buntu.Gejala dan tanda klinik:-Anoreksia, mual, muntah, perut kembung
Demam-Nyeri perut kanan bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas pada perutkanan bawah-Tanda Bryan: timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan-Tanda Alder : untuk membedakan proses ekstrauterin dan intrauterin

7.      Diare Akut
Suatu keadaan dimana BAB > 3x /hari dengan konsistensi tinja yang cair dan berlangsung 7-14 hari.Penyebab diare akut dapat berupa mikroorganisme, toksin, obat – obatan,dan psikis.Gejala dan tanda klinik:-Nausea, muntah, nyeri perut-Demam-Mencret > 3x/hari dengan konsistensi cair 

8.      Hemoroid(wasir)
Hemoroid terlihat seperti bantalan jaringan dari varikosis vena yang merupakan insufisiensi kronik vena yang terdapat di daerah anus. Gejalanya antara lain merasa gatal, sakit, dan berdarah terutama sesudah BAB yang mengeras.Hemoroid dibagi menjadi dua, yaitu:a. Hemoroid Internal pembengkakan terjadi dalam rectum, sehungga tidak dapat dilihat atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di daerah rectum

9.      Konstipasi
Konstipasi ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga BAB jarang,sulit dan nyeri. Konstipasi terjadi karena diet yang kurang sehat (fibres), kurangminum, kurang aktivitas fisik, dank arena adanya perubahan ritme atau frekuensi BAB, kehamilan dan mungkin juga karena obat – obatan (vitamin)


Sabtu, 21 April 2012

Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan

Kemampuan dan ketrampilan dalam membuat keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang sangat penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan klien, sedangkan bidan membantu klien supaya keputusan yang diambil merupakan suatu keputusan yang tepat. 

4 strategi yang dapat membantu klien dalam pengambilan keputusan
  1. Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya. Beri kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
  2. Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan. Melihat kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekwensi negatif.
  3. Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihannya, bantu klien untuk mencermati pilihannya.
  4. Membantu klien menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan masalahnya.

Pengambilan keputusan menggunakan 3 K yaitu mempertimbangkan kondisi, kehendak dan konsekuensinya.
  1. identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien
  2. susunlah daftar kehendak / pilihn keputusan
  3. untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya baik yang positif maupun yang negatif.

Hal - hal yang perlu ditekankan dalam pengambilan keputusanHati - hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan.
  1. Pengambilan keputusan ini dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya untuk menimbang klien sesuai dengan situasinya, diberi informed choise.
  2. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan riwayat kesehatan, keinginan dan situasi.
  3. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggungjawab klien.
  4. Konseling bukan proses informasi melainkan informasi setelah konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien, dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.
Faktor - faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
  • Fisik
Orang akan mengambil keputusan didasarkan pada pertimbangan fisik. Biasanya memilih hal – hal yang tidak berat dan memforsir tubuh serta tenaga. Ini tentunya didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperti rasa sakit, tidak nyaman atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang sebaliknya memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
  • Emosional
Pengambilan keputusan hanya didasarkan pada pengambilan keputusan atau perasaan, biasanya hal ini terjadi pada kaum perempuan. Sikap subyektifitas akan mempengaruhi sikap yang diambil, sehingga orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subyektif
  • Rasional
Pengambilan keputusan secara rasional biasanya didasarkan pada pengetahuan dan dilakukan oleh orang – orang terpelajar dan intelektual.
  • Praktikal
Didasarkan pada ketrampilan individual dan kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan diri melalui kemampuannya dalam bertindak.
  • Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
  • Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberi hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Jenis - jenis pengambilan keputusan, saraswati, tarigan, 2002
  1. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa – apa. Membiarkan kejadian berlalu, tanpa berbuat apa – apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak sangup.
  2. Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera. Terasa sebagai keputusan yang paling tepat dan langsung diputuskan.
  3. Pengambilan keputusan terpaksa, karena sudah krisis. Sesuatu yang harus segera dilaksanakan.
  4. Pengambilan keputusan reaktif. Seringkali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa – gesa.
  5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan. Dialihkan pada orang lain, membiarkan orang lain yang bertanggungjawab.
  6. Pengambilan keputusan secara hati - hati. Difikirkan secara baik – baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.

Pemberian informasi dikatakan efektif apabila :
Informasi yang diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam membuat keputusan. Informasi disesuaikan dengan situasi klien dan mudah dimengerti. Memperhatikan hal - hal :
1. singkat dan tepat (pilih hal – hal penting yang perlu diingat klien)
2. menggunakan bahasa sederhana
3. gunakan alat bantu visual saat menjelaskan
4. beri kesempatan klien untuk bertanya dan minta klien untuk mengingat hal - hal penting.

Saat - saat sulit dalam KIP/K
  1. Diam
  2. Klien menangis
  3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
  4. Konselor melakukan kesalahan
  5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
  6. Klien menolak bantuan konselor
  7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
  8. Waktu yang diiliki konselor terbatas.
  9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
  10. Konselor dan klien sudah saling kenal
  11. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topik pembicaraan.
  12. Klien bertanya tentang hal - hal pribadi konselor
  13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
  14. Keadaan kritis.

Upaya mengatasi saat - saat sulit dalam KIP/K

1. Diam

Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini terjadi pada klien yang merasa cemas atau marah.
o Apabila terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat, sebaiknya konselor memperhatikan hal ini dengan mengatakan : misalnya “saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan”, biasanya pada awal – awal pertemuan klien –klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?
o Apabila klien diam karena marah, sebagai konselor anda dapat berkata : bagaimana perasaan ibu setelah berada disini sekarang?. Pertanyaan – pertanyaan ini harus diikuti dengan suasana hening selama beberapa saat, pada saat ini konselor memandang klien dan memperlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.
o Apabila terjadi pada pertengahan pertemuan, konselor harus memperhatikan pada konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Mungkin hal tersebut terjadi karena klien merasa berat menceriterakan hal – hal yang pribadi atau suatu rahasia tentang dirinya atau ia tidak senang dengan sikap konselor. Pada umumnya lebih baik menunggu beberapa saat, memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun konselor merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.
o Apabila klien diam karena sedang berfikir. Konselor tidak perlu berusaha memecahkan kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak menerima

2. Klien menangis

Klien yang menangis tersedu – sedu membuat konselor merasa tidak nyaman. Reaksi wajar yang dapat kita lakukan adalah berusaha menenangkan, tetapi hal ini tidak selalu menguntungkan dalam konseling. Menangis bisa disebabkan karena beberapa alasan. Ada kemungkinan untuk melepaskan emosi. Dalam hal ini yang dapat dilakukan konselor adalah menunggu beberapa saat dan apabila terus menangis katakan bahwa tidak apa – apa kalau masih ingin menangis. Biasanya tangisan mereda sendiri setelah beberapa lama. Kadang – kadang menangis dilakukan untuk menarik perhatian atau untuk menghentikan pertanyaan – pertanyaan yang menyelidik lebih lanjut. Tangisan juga merupakan cara klien untuk memanipulasi konselor. Perlu ditegaskan lagi bahwa cara terbaik adalah dengan memberi kesempatan klien untuk menangis.

3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien

Kondisi ini biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tau harus berbuat apa. Perlu diingat bahwa fokus utama konseling adalah pada subyek atau orangnya, bukan pada masalahnya. Meskipun masalah yang dihadapi sangat sulit, seperti misalnya seorang remaja putri ingin melakukan aborsi, sementara konselor tidak mungkin memenuhi permintaan tersebut atau misalkan seorang ibu yang kehilangan bayi yang baru dilahirkannya. Dalam hal ini tidak berarti bahwa konselor tidak dapat menolong klien. Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak ingin dibantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan mengatakan pada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaaan tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien, membantu klien saat – saat sulit. Semakin mengenal klien secara baik maka akan sangat membantu, karena pada klien dapat timbul perubahan pandangan atau pemikiran baru sehingga klien lebih siap dalam menghadapi masalahnya. Semakin lama klien mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya maka semakin memungkinkan baginya untuk memehami mengapa keadaan itu terjadi pada dirinya dan semakin menguatkan dirinya dalam menghadapi kesulitan.

4.Konselor melakukan kesalahan

Dalam banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan, konselor mungkin salah mengartikan maksud kata – kata klien, konselor mungkin tidak konsentrasi sehingga bertanya berkali – kali pada klien tentang suatu hal, konselor mungkin memberikan informasi yang salah, konselor mungkin merasa malu atau marah karena ucapan klien. Hal utama yang terpenting untuk menciptakan hubungan yang baik dengan klien adalah bersikap jujur. Menghargai klien adalah salah satu hal yang penting dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien dapat ditunjukkan dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan kesalahan. Minta maaflah apabila salah atau keliru. Misalnya konselor dapat mengatakan : maaf saya lupa bahwa tadi ibu sudah mengatakan kalau ibu sudah memiliki tiga orang anak. Seandainya konselor tersinggung atau marah karena kata – kata klien, konselor perlu menyadari dan dapat mengatakan penyesalan. Perlu diketahui bahwa apapun reaksi emosi konselor, akan dirasakan klien. Semakin terbuka perasaan kita selama pertemuan dengan klien maka semakin terbuka pula perasaan klien.

5. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien

Hal ini merupakan merupakan kecemasan yang biasa diutarakan oleh konselor. Seperti situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien. Konselor dapat menunjukkan sumber lain untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa dasar pengetahuan akan lebih berpengaruh negatif dalam hubungan dengan klien yang sudah terbina dengan baik, lebih baik mengakui keterbatasan pengetahuan konselor.

6. Klien menolak bantuan konselor

Pada pertemuan pertama penting sekali menjajagi mengapa dan apa yang mendasari atau mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak klien yang merasa terpaksa datang, mungkin karena diperintah oleh mertua, mungkin karena takut mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya, dsb. Membuka pembicaraan dengan menanyakan mengapa mereka datang ke klinik akan sangat membantu . Selanjutnya, kita dapat mengatakan : ”Saya dapat mengerti perasaan ibu, saya senang ibu datang hari ini untuk mendiskusikan tentang kondisi kesehatan ibu, kita punya waktu untuk membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan ibu”. Kalau klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin ia mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.

7. Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor

Kesulitan ini diucapkan klien dengan mengatakan :”Saya canggung membicarakan hal itu dengan wanita.” Saya berharap berhadapan dengan laki-laki.” Kemungkinan hal itu tidak disampaikan secara verbal, tetapi konselor dapat melihat dari sikap klien. Dalam situasi seperti ini, sebaiknya konselor mengemukakan hal ini dengan mengatakan : ”Barangkali Bapak mengharapkan akan berhadapan dengan konselor pria?”. Selanjutnya katakan :”Orang kadang-kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama (atau berlawanan) jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting apabila kita sudah semakin mengenal teman bicara kita. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.!” Biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai terhadap klien. Pengunaan kata-kata menunjukkan perhatian positif dan refleksi akan sangat membantu karena klien merasa diterima apapun kata-kata yang diucapkannya. Apabila klien menyampaikan sebelumnya bahwa dirinya menghargai konselor yang sama (atau berbeda) jenis kelaminnya, hal itu bisa dipenuhi apabila memungkinkan. Tetapi pada kenyataannya berhadapan dengan seseorang dengan jenis kelamin berbeda dan menjadi masalah bagi klien, merupakan latihan yang baik bagi klien. Karena itu sebelumnya konselor harus dapat melihat apakah klien betul-betul mau mencoba.

8. Waktu yang diiliki konselor terbatas.

Sebaiknya sejak awal pertemuan klien mengetahui berapa lama waktu konselor yang tersedia untuk dia. Ada saat di mana konselor tidak memiliki waktu sebanyak biasanya. Karena itu konselor sebaiknya memberikan informasi tersebut beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya dan menunjukkan bahwa konselor mengharapkan bertemu klien pada pertemuan selanjutnya. Meskipun waktunya sebentar , dapat diperoleh suatu hasil pembicaraan seperti halnya demonstrasi bermain peran peserta. Lebih baik memanfaatkan sedikit waktu yang ada daripada meminta klien pergi.

9. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik

Kadang-kadang ”rapport” yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini bukan berarti konseling harus diakhiri atau mengirimkan klien kepada konselor lain. Akan lebih baik konselor minta pendapat kepada teman sesama petugas di kliniknya untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak klien. Segala kemungkinannya perlu dijajagi. Salah satu aspek penting dari pelatihan adalah bahwa konselor belajar mengatasi situasi yang tidak nyaman bagi dirinya sebelum konseling yang sesungguhnya dilakukan. Mengirim atau meminta klien pergi tidak akan membantu, tetapi mungkin berpengaruh buruk pada klien. Lebih baik mencoba melanjutkan konseling, terutama dengan membuat klien merasa llebih nyaman tentang dirinya sendiri.

10. Konselor dan klien sudah saling kenal

Pada kelompok masyarakat kecil biasanya antara konselor dan klien sudah saling kenal. Kalau hubungan ini biasa-biasa saja(tidak terlalu akrab), konselor dapat melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu ditekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, dan konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai temannya. Apabila hubungan konselor dan klien sudah sangat akrab, perlu disampaikan pada klien bahwa lebih baik pindah ke konselor lain yang melayani konseling berdasarkan pengalaman, hubungan akrab ini dapat sangat mempengaruhi jalannya konseling.

11. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan topik pembicaraan.

Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien terus-menerus mengulang pembicaraan , setelah beberapa saat perlu dipotong pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu, apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan sesuatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada kesulitan yang disampaikan ?” Pertanyaan seperti ini membantu klien memfokuskan kembali percakapan.

12. Klien bertanya tentang hal - hal pribadi konselor

Hubungan konselor-klien adalah hubungan profesional, bukan hubungan sosial. Hal ini penting karena dengan demikian konselor bersikap berbeda dengan sikap orang lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit dimengerti klien pada awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan hangat. Resiko dari hubungan seperti ini adalah konselor mendapat pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi dari klien yang harus dijawab. Hal ini sebaiknya tidak dilakukan karena beberapa alasan. Hal ini akan mengalihkan perhatian konselor dari klien. Hal ini akan mengarah pada serangkaian pertanyaan yang pada awalnya bersifat ringan saja, lama kelamaan pertanyaan akan menjurus kepada masalah-masalah pribadi yang tidak ingin dijawab konselor. Hal ini akan menimbulkan salah pengertian pada klien, seakan ada hal yang salah pada konselor atau pada klien karena perhatian pada masalah tersebut. Kadang-kadang klien ingin tahu apakah konselor pernah mengalami hal yang sama. Jawaban ”YA” akan membuat klien tidak yakin konselor dapat menolong. Sementara kalau dijawab ”TIDAK” klien akan merasa konselor tidak tahu masalahnya. Akan lebih baik apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi konselor yang menyatakan bahwa kalau konselor bercerita tentang dirinya tidak akan membantu klien , oleh karena itu lebih baik tidak bercerita. Klien akan menerima aturan ini. Hal ini akan lebih baik daripada menjawab sebagian saja dari pertanyaan klien, bukan semuanya, atau lebih-lebih mengelak karena akan merusak kepercayaannya/keterbukaan klien terhadap konselor.

13. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
14. Keadaan kritis.

Persiapan Menjadi Orangtua ( Askeb 1 )

Orangtua merupakan.seseorang yang mempunyai tanggung jawab besar dalam mempersiapkan seorang anak yang berkualitas. Menjadi orangtua adalah suatu anugerah yang tiada duanya, namun untuk menjadi orangtua yang tidaklah mudah. Memerlukan banyak pengalaman dan juga harus mempelajari banyak ilmu pengetahuan dalam mengasuh anak yang telah diberikan oleh sang Maha Pencipta, agar kualitas hidup dan masa depan anak menjadi lebih baik. Untuk menjadi orang tua, para calon orangtua wajib mempersiapkan diri mereka masing-masing. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah :
1.      Persiapan Fisik

a.       Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Himbauan ini berlaku bagi calon ayah dan ibu. Perokok aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami gangguan pertumbuhan. Asap rokok yang terhirup aoleh calon ibu dapat mengahmbat suplai oksigen, sehingga resiko janin lahir prematur menjadi lebih tinggi. Minuman berlakohol membuat calon ibu menghadapi resiko keguguran karena kandungan menjadi melemah. Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.

b.      Calon orangtua harus mulai mengonsumsi makanan dengan gizi tinggi. Membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi sangat dianjurkan. Usahakanlah dalam kondisi berat badan yang ideal agar pembuahan berlangsung sempurna.



c.       Lakukanlah tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan calon ibu. Jika dalam pemeriksaan calon ibu dinyatakan mengalami gangguan kesehatan tertentu, biasanya dokter akan menyarankan agar pasangan menunda dulu kehamilan sampai calon ibu dinyatakan sehat.


d.      Melakukan vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk melindungi janinnya selama kehamilan dan menjalani proses persalinan.

2.      Persiapan Psikologis.
Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan menjadi pengalaman istimewa. Namun, pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami-istri menjadi orangtua. Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya diskusikan perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami sehingga calon orangtua telah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
3.      Persiapan Finansial
Selain dua hal di atas, persiapan finansial memang bukan segalanya. Namun faktor ini bisa dikatakan paling penting. Persiapan yang dimaksud adalah perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan anak. Orangtua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya dan orang tualah yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri, kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak yang juga menentukan keberhasilan anak saat menjadi orangtua. Untuk menjadi orangtua yang sukses akan sangat sulit, namun apabila untuk menjadi orangtua yang efektif sehingga dapat mengerti keadaan anak, dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
a.       Mengenali anak

Orangtua harus memperlakukan anak sesuai karakternya, pemalu, periang, dan lain sebagainya. Jangan paksa anak untuk menjalani karakter lain. Kenali pula perasaan anak saat ia sedang mengalami masalah. Hal ini bisa dilakukan dengan berempati pada anak. Yang tak kalah penting, orangtua mesti mengenali perkembangan anak sesuai usia.


b.      Hargai Perilaku baik anak
Orangtua perlu menerapkan positive parenting, yaitu menghargai perilaku baik sebanyak-banyaknya dan menghukum sesedikit mungkin. Sebaiknya, orangtua memberikan pujian terhadap semua hal baik yang dilakukan anak. Hendaknya pujian diberikan langsung, tanpa ditunda. “Jangan menunggu hingga anak melakukan hal yang spesial,” misalnya memberi sesuatu yang disenangi anak bila ia melakukan tugasnya dengan baik atau menambah jangka waktu untuk mengembangkan perilaku baik.
c.       Melibatkan anak
Anak termasuk dalam keluarga. Itu sebabnya, selalu libatkan anak dalam kegiatan dan keputusan keluarga. Contohnya, saat merencanakan liburan bersama. Anak juga perlu dilibatkan dalam tugas rumah sehari-hari yang tentu saja mesti disesuaikan dengan usia.
d.      Selalu mendekatkan diri dengan anak
Gunakanlah setiap kesempatan untuk mendekatkan diri pada anak. Pada saat seperti ini orangtua dapat menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Sehingga anak dapat membedakan antara baik dan buruk maupun benar dan salah.
e.       Sediakan waktu khusus
Berikan waktu khusus hanya berdua dengan anak. Bila anak lebih dari satu maka berikanlah waktu khusus secara bergiliran. Hal ini dilakukan untuk menjalin kedekatan anak dengan orang tua. Sehingga anak tidak pernah berpikir bahwa mereka kekurangan kasih sayang dari kedua orangtua.
f.       Tegakkan disiplin
Menjadi orangtua yang baik bukan berarti orangtua harus terus menuruti keinginan anaknya. Bila hal ini dilakukan maka anak akan menjadi manja, sehingga para orangtua juga harus menegakkan disiplin agar anak bisa belajar atas perilakunya yang tidak baik. Namun, orangtua sebaiknya tidak langsung memberikan sanksi apabila anak baru melakukan perilaku tidak baik untuk pertama kali dan belum pernah diberitahu sebelumnya bahwa perilakunya itu buruk.
g.      Panutan bagi anak
Anak adalah peniru yang ulung, segala gerak-gerik orangtua akan ditirunya. Oleh karena itu, jika ingin anak berperilaku baik maka orangtua harus mencontohkannya terlebih dahulu.

h.      Ungkapkan kasih sayang
Orangtua semestinya mengungkapkan ksih sayangnya dan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya, dengan pelukan, cium, belaian, mengatakan ’I LOVE YOU’.
i.        Komunikasi dengan tepat
Saat berbicara dengan anak, orangtua harus melakukan kontak mata dengan anak. Bila ingin memberikan perintah, berikan sespesifik mungkin. Perintah yang sangat umum akan membingungkan anak. Yang harus dihindari oleh orangtua adalah mengomeli, membentak, berteriak, apalagi memebrikan ceramah yang panjang lebar.
j.        Selesaikan masalah saat ”dingin”
Bila ada masalah hendaknya tidak diselesaikan saat sedang marah. Bila hal ini dilakukan justru akan memperburuk keadaan. Saat anda marah, mungkin anda akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati anak sehingga anda harus mengontrol diri.
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula dengan orangtua. Oleh karena itu sebaiknya calon orangtua maupun orangtua harus banyak belajar agar lebih siap dan mampu menjadi orangtua yang sepenuhnya mengerti dengan


Jumat, 20 April 2012

Anemia Pada Wanita Hamil


Salah satu penyakit yang sering diderita oleh ibu hamil yang sangat berbahaya adalah anemia.. Seorang wanita hamil dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 10,5 gram / 100 ml . Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel drah 18% dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuai diri secara fisiologis dalam kehamilan. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus nekerja lebih berat dalam masa hamil.

1. PENGERTIAN DAN TAND-TANDA ANEMIA YAITU :
Anemia adalah keadaan dimana darah merah kurang dari normal. Dan yang biasa digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). Seorang wanita hamil yang memiliki Hb kurang daroi 10,5 gram / 100 Ml disebut menderita anemia dalam kehamilan. Tanda – tanda anemia yaitu mudah lelah, lesu, lemah, dan ngantuk, dari posisi jongkok ke berdiri berkunang-kunang, pucat, terutama pada wajah, telapak tangan, kaku, dan selaput mata.

2. PENYEBAB ANEMIA YAITU :
a. Kurang mengkonsumsi makanan kaya zat besi, terutama yang berasal dari sumber hewan yang mudah diserap.
b. Kekurangan zat besi, hal ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dan makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan ataukarena terlampau banyaknya zat besi keluar dari badan misalnya dalam pendarahan.Keperluan akan zat bezi bertambah dalam kehamilan terutama dalam trimester terakhir.Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan ,maka mudah terjadi anemia
c. Defisiensi asam folik
d. Sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru
e. Penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dalm pembuatannya

3. BAHAYA DARI ANEMIA YAITU :
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan/hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga pada ibu hamil dapat mengalami keguguran,partus lama karena inertia uteri, pendarahan postpartum, syok, janin lahir sebelum waktunya, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), perdarahan sebelum dan pada saat melahirkan, serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi.

4. CARA MENGATASI ANEMIA YAITU :
a. Mengkonsumsi Makanan bergizi yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang kacangan, tempe) dan mengkonsumsi sayur-sayuran (daun katuk, daun singkong dan bayam )dan buah-buahan ( tomat, jeruk dan nanas ) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus
b. Memberikan suplementasi tablet besi folat secara rutin dalam jangka waktu tertentu.
a. Pada triwulan 1 zat besi yang dubutuhkan adalah 1 mg / hari
b. Pada triwula 11 zat besi yang diperlukan adalah kurang lebih 5 mg / hari
c. Pada triwulan 111 zat besi yang dib\butuhkan 5 mg / hari

Jumat, 06 April 2012

Komunikasi Terapeutik

Pengertian Komunikasi Terapeutik
·         Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yg direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal.
·         Northouse (1998: 12), komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan bidan untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
·         Stuart G.W. (1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara bidan dengan pasien, dalam hubungan ini bidan dan pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien.

Tujuan Komunikasi Terapeutik
1.      Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran.
2.      Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
3.      Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Menurut Stuart, tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien :
1.      Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat pada diri sendiri.
2.      Identitas diri yang jelas dan integritas diri yang tinggi.
3.      Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai.
4.      Peningkatan fungsi dan kemampuan yang memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.

Manfaat Komunikasi Terapeutik
1.      Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara bidan-pasien.
2.      Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan bidan.
3.      Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
4.      Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.

Ciri Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai ciri sebagai berikut :
1.      Terjadi antara bidan dengan pasien,
2.      Mempunyai hubungan akrab dan mempunyai tujuan,
3.      Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan,
4.      Bidan dengan aktif, mendengarkan dan memberikan respon pada pasien.

Unsur Komunikasi Terapeutik
Adapun komunikasi terapeutik mempunyai unsur sebagai berikut :
1.      Ada sumber proses komunikasi;
2.      Pesan disampaikan dengan penyandian balik (verbal & non verbal);
3.      Ada penerima;
4.      Lingkungan saat komunikasi berlangsung.

Prinsip Komunikasi Terapeutik (Menurut Carl Rogers)
1.      Bidan sebagai tenaga kesehatan harus mengenal dirinya sendiri,
2.      Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai,
3.      Bidan sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut pasien,
4.      Bidan sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien,
5.      Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut,
6.      Bidan sebagai tenaga kesehatan menciptakan suasana agar pasien punya motivasi mengubah diri,
7.      Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menguasai perasaannya sendiri,
8.      Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten,
9.      Bidan harus paham akan arti empati,
10.  Bidan harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka,
11.  Bidan harus dapat berperan sebagai role model,
12.  Mampu mengekspresikan perasaan,
13.  Altruisme (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain,
14.  Berpegang pada etika,
15.  Tanggung jawab

Teknik Menjalin Hubungan dengan Pasien
Syarat dasar komunikasi menjadi efektif (Stuart, 1998) adalah : 
1) Komunikasi ditujukan untuk menjaga  harga diri pemberi dan penerima pesan.
2) Komunikasi dilakukan dengan saling pengertian sebelum memberi saran, informasi dan  masukan.

Jenis Komunikasi Terapeutik
Mendengar dengan penuh perhatian
Usaha bidan mengerti pasien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan pasien. Sikap bidan : pandangan ke pasien, tidak menyilangkan kaki dan tangan, menghindari gerakan yang tidak perlu, tubuh condong ke arah pasien.

Menunjukkan penerimaan
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Sikap bidan : mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal.

Menanyakan pertanyaan yg berkaitan
Tujuan : mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah yang disampaikan pasien.

Mengulang ucapan pasien dengan kata-kata
Pemberian feedback dilakukan setelah bidan melakukan pengulangan kembali kata kata pasien.

Mengklarifikasi
Tujuan : untuk menyamakan pengertian.

Memfokuskan
Untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan lebih spesifik dan dimengerti.

Menyatakan hasil observasi
Bidan memberikan umpan balik pada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga pasien dapat menguraikan apakah pesannya diterima atau tidak.

Menawarkan informasi
Memberi tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk pasien.

Diam
Memberikan kesempatan pada bidan untuk mengorganisasikan pikiran dan memproses informasi.

Meringkas
Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Manfaat : membantu, mengingat topik yang telah dibahas sebelum melanjutkan pembicaraan.

Memberikan penghargaan
Teknik ini tidak digunakan untuk menyatakan hal yang baik dan buruk.

Menawarkan diri
Menyediakan diri Anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.

Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tujuan :
1.      Memberi kesempatan pasien untuk mengarahkan seluruh pembicaraan, menafsirkan diskusi, bidan mengikuti apa yg sedang dibicarakan selanjutnya.
2.      Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan.
3.      Menguraikan kejadian secara teratur akan membantu bidan dan pasien untuk melihat dalam suatu perspektif.
4.      Menemukan pola kesukaran interpersonal klien.

Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsi
Bidan harus dapat melihat segala sesuatu dari perpektif  pasien.

Perenungan
Memberikan kesempatan untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

Tahap Interaksi dengan Pasien
Pre interaksi
Adalah masa persiapan sebelum mengevaluasi dan berkomunikasi dengan pasien. Pada masa ini bidan perlu membuat rencana interaksi dengan pasien yaitu : melakukan evaluasi diri, menetapkan tahapan hubungan/ interaksi, merencanakan interaksi.

Perkenalan
Adalah kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu. Hal yang perlu dilakukan bidan adalah : memberi salam; memperkenalkan diri; menanyakan nama pasien; menyepakati pertemuan (kontrak); melengkapi kontrak; menyepakati masalah pasien; mengakhiri perkenalan.

Orientasi
Fase ini dilakukan pada awal setiap pertemuan kedua dst. Tujuan : memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien dan mengevaluasi hasil tindakan yg lalu. Hal yang harus diperhatikan : memberi salam; memvalidasi keadaan psien; mengingatkan kontrak.

Fase kerja
Merupakan inti hubungan bidan-klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan kebidanan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan kebidanan :
a.       Meningkatkan pengertian dan pengenalan  pasien tentang diri, perasaan, pikiran dan perilakunya (tujuan kognitif).
b.      Mengembangkan, mempertahankan,dan meningkatkan kemampuan pasien secara mandiri  menyelesaikan masalah yang dihadapi (tujuan  afektif & psikologi).
c.       Melaksanakan terapi/ klinis kebidanan.
d.      Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e.       Melaksanakan kolaborasi.
f.       Melaksanakan observasi dan pemantauan.

Fase terminasi
Merupakan akhir dari setiap pertemuan bidan dengan pasien. Klasifikasi terminasi :
a.       Terminasi sementara : akhir dari tiap  pertemuan bidan dengan pasien; terdiri dari tahap evaluasi hasil, tahap tindak lanjut dan tahap untuk kontrak yang akan datang.
b.      Terminasi akhir : terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit atau bidan selesai praktik. Isi percakapan antara bidan dengan pasien meliputi tahap evaluasi hasil, isi percakapan tindak lanjut dan tahap eksplorasi perasaan.

Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik dapat mengalami hambatan diantaranya :
1) Pemahaman berbeda;
2) Penafsiran berbeda;
3) Komunikasi yang terjadi satu arah;
4) Kepentingan berbeda;
5) Pemberian jaminan yang tidak mungkin;
6) Bicara hal-hal yang pribadi;
7) Menuntut bukti, penjelasan dan tantangan;
8 ) Mengalihkan topik pembicaran;
9) Memberikan kritik mengenai perasaan pasien;
10) Terlalu banyak bicara;
11) Memperlihatkan sifat jemu dan pesimis.

Komunikasi Terapeutik dalam Kebidanan
Komunikasi terapeutik dalam kebidanan meliputi :

Pengkajian
Menentukan kemampuan dalam proses informasi; mengevaluasi data tentang status mental pasien; mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi; mengobservasi kejadian yang terjadi; mengidentifikasi perkembangan pasien; menentukan sikap pasien; mengkaji tingkat kecemasan pasien.

Rencana tujuan
Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri; membantu pasien menerima pengalaman; meningkatkan harga diri pasien; memberi support; tenaga kesehatan dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara terbuka.

Implementasi
Memperkenalkan diri pada pasien; memulai interaksi dengan pasien; membantu pasien mendapatkan gambaran pengalamannya; menganjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan; menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

Evaluasi
Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan; komunikasi menjadi lebih jelas, terbuka, dan terfokus pada masalah; membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan.